Situs Arca Gupolo adalah kumpulan dari 7 buah arca berciri agama Hindu yang terletak di dekat candi Ijo dan candi Barong, di wilayah kelurahan Sambirejo, kecamatan Prambanan, Yogyakarta. Gupolo adalah nama panggilan dari penduduk setempat terhadap patung Agastya yang ditemukan pada area situs. Walaupun bentuk arca Agastya setinggi 2 meter ini sudah tidak begitu jelas, namun senjata Trisula sebagai lambang dari dewa Siwa yang dipegangnya masih kelihatan jelas. Beberapa arca yang lain, kebanyakan adalah arca dewa Hindu dengan posisi duduk.
Di dekat arca Gupolo terdapat mata air jernih berupa sumur yang dipakai oleh penduduk setempat untuk mengambil air, dan meskipun di musim kemarau panjang sumur ini tidak pernah kering. Menurut legenda rakyat setempat, Gupolo adalah nama patih (perdana menteri) dari raja Ratu Boko yang diabadikan sebagai nama candi Ratu Boko (ayah dari dewi Loro Jonggrang dalam legenda candi Prambanan). Patih Gupolo memasukkan dan mengubur tokoh sakti Bandung Bondowoso di dalam sumur Jala Tunda, karena telah membunuh raja Ratu Boko. Namun karena kesaktiannya, Bandung Bondowoso bisa bangkit kembali, bahkan berkeinginan untuk memperistri dewi Loro Jonggrang yang cantik jelita. Keinginan dari Bandung Bondowoso ini tidak terkabul, karena permintaan dari dewi Loro Jonggrang untuk membuatkan 1000 candi dalam waktu satu malam tidak bisa dipenuhi (masih kurang satu candi pada saat fajar menyingsing). Pada akhir cerita, Bandung Bondowoso mengutuk dewi Loro Jonggrang menjadi arca batu/candi yang masih kurang satu itu (menjadi salah satu candi dalam kompleks candi Prambanan), sebagai pelampiasan atas kemarahannya karena tidak bisa mempersunting Loro Jonggrang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar