Rancang-bangun Museum Penerangan berbentuk bintang bersudut lima yang melambangkan Pancasila dan lima unsur penerangan. Museum ini mengumpulkan, mempelajari, menggelar, dan merawat objek sejarah penerangan dan komunikasi sekaligus sebagai media komunikasi massa keenam setelah tatap muka, radio, TV, film, dan pers.
Di halaman depan terdapat tugu yang menyangga lambang penerangan "Api Nan Tak Kunjung Padam" dikelilingi oleh lima patung juru penerang serta air mancur, pertemuan air dari atas tugu dengan air yang memancar dari bawah, melambangkan hubungan timbal balik antara pemerintah, masyarakat, dan media massa. Bangunan terdiri atas tiga lantai berbentuk silinder, mencitrakan kentongan sebagai unsur penerangan tradisional, menyangga menara antena sebagai unsur modern.
Pameran ditata di luar dan di dalam gedung, yang secara keseluruhan menggambarkan sejarah penerangan sejak pergerakan nasional hingga masa Indonesia modern. Koleksi di luar gedung antara lain empat mobil Siaran Luar TVRI (Televisi Republik Indonesia), mobil Panggung Penerangan, mobil unit Sinerama PFN (Perusahaan Film Negara), mobil siaran luar RRI (Radio Republik Indonesia), serta mobil Siaran Luar TVRI pertama untuk meliput Asian Games IV di Jakarta tahun 1962 yang mencatat sebagai awal berdirinya TVRI, dan mesin cetak tiga zaman.
Koleksi lantai satu berupa benda-benda yang mempunyai nilai sejarah informasi dan komunikasi dari film, radio, televisi, media tatap muka, termasuk wayang suluh, serta perkembangan media pers dan grafika berikut 17 patung setengah badan tokoh informasi dan komunikasi. Selain itu terdapat empat diorama kecil operasional penerangan di bidang pependes, pencerdasan kehidupan bangsa, penanggulangan bencana alam, dan kelompencapir. Koleksi lain berupa mesin ketik huruf Jawa yang digunakan sejak tahun 1917 oleh Kraton Surakarta, kamera Perekam Rapat Kabinet Rl pertama, Radio Oemoem tahun 1940, dan sebagainya. Di sini juga terdapat perpustakaan dan teater mini berdaya tampung 60 pengunjung, dilengkapi tata suara modern, dan dapat digunakan untuk menyampaikan informasi secara audio visual serta pernutaran film dokumenter.
Lantai dua meliputi relief sepanjang 150 meter yang menggambarkan sejarah penerangan Indonesia selama lima periode, peran penerangan dalam membangun kesatuan dan persatuan bangsa, dan penyampaian informasi melalui media cetak dan elektronik baik tradisional maupun modern. Di sini terdapat juga tujuh diorama yang menggambarkan kegiatan penerangan dalam membangkitkan nasionalisme, menyatukan bangsa, dan mengisi kemerdekaan dengan pembangunan, termasuk percetakan koran Retno Dhoemilah. Di samping itu terdapat lukisan wajah Dr. Wahidin Soedirohusodo karya Sumidjo, berukuran 8 m x 7 m, yang merupakan lukisan terbesar di Indonesia dan memperoleh sertifikat MURI.
Koleksi lantai tiga meliputi tiga studio mini PFN, studio mini RRI, studio mini TVRI, dan display foto transparan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar