Kenyataannya, banyak gambar butir salju dalam kultur populer kita justru salah. Demikian menurut para ahli. Butir salju mustinya berujung enam, bukan empat, lima, atau delapan seperti yang biasa terpampang di buku bergambar anak-anak, kartu natal, atau bahkan di salah satu iklan untuk majalah ilmu pengetahuan.
Thomas Koop dari Universitas Bielefeld, Jerman, sempat menemukan kesalahan pada ilustrasi butir salju yang ditampilkan iklan majalah ilmu pengetahuan Nature. Ilustrasi itu menampilkan butir salju berujung delapan.
"Ironisnya iklan itu memampang teks '...untuk yang mencintai ilmu pengetahuan'," kata Koop. Terlebih lagi, kritikan Koop itu juga dimuat di majalah Nature edisi 24 Desember.
Butir salju terdiri dari molekul-molekul air dengan ikatan hidrogen. Ikatan yang paling efisien adalah dalam bentuk rangkaian kristal heksagonal. Demikian Koop menjelaskan. Jadi, butir salju menurut hukum alam bukannya delapan sisi, melainkan enam sisi.
"Hasil rangkaian kristal heksagonal adalah bentuk energi terendah air pada kondisi dingin," ucap Koop. "Seiring komponen penyusunnya merapat dalam bentuk heksagonal pada skala molekular, maka kristal salju juga mengikuti bentuk simetri heksagonal ini pada skala makroskopis."
Namun, ukurannya bisa bervariasi, dan dalam hal ini anggapan populer masih akurat, yaitu bahwa tak ada dua keping salju yang persis sama. Setidaknya tidak untuk butiran salju yang besar.
"Terbentuknya butir salju tergantung pada kelembaban dan suhu, dan dua faktor ini bisa sangat bervariasi di atmosfer. Jadi, seiring jatuhnya butir salju, pola kelembaban dan suhu yang dilalui tiap butir berbeda-beda sehingga masing-masing unik bentuknya."
Namun menurut riset, untuk kasus kristal es yang lebih kecil, yang belum berkembang penuh ketika membumi, teori keunikan ini tak akurat.
Koop juga menunjukkan, satu lagi kesalahan ilustrasi yang umum pada media adalah ilustrasi air hujan. Mustinya tetesan air hujan tidak berekor lancip lalu membundar di bawah, tapi semestinya cenderung bulat dan juga sisi bawahnya cenderung rata karena terdorong udara seiring tetesan itu jatuh.
Thomas Koop dari Universitas Bielefeld, Jerman, sempat menemukan kesalahan pada ilustrasi butir salju yang ditampilkan iklan majalah ilmu pengetahuan Nature. Ilustrasi itu menampilkan butir salju berujung delapan.
"Ironisnya iklan itu memampang teks '...untuk yang mencintai ilmu pengetahuan'," kata Koop. Terlebih lagi, kritikan Koop itu juga dimuat di majalah Nature edisi 24 Desember.
Butir salju terdiri dari molekul-molekul air dengan ikatan hidrogen. Ikatan yang paling efisien adalah dalam bentuk rangkaian kristal heksagonal. Demikian Koop menjelaskan. Jadi, butir salju menurut hukum alam bukannya delapan sisi, melainkan enam sisi.
"Hasil rangkaian kristal heksagonal adalah bentuk energi terendah air pada kondisi dingin," ucap Koop. "Seiring komponen penyusunnya merapat dalam bentuk heksagonal pada skala molekular, maka kristal salju juga mengikuti bentuk simetri heksagonal ini pada skala makroskopis."
Namun, ukurannya bisa bervariasi, dan dalam hal ini anggapan populer masih akurat, yaitu bahwa tak ada dua keping salju yang persis sama. Setidaknya tidak untuk butiran salju yang besar.
"Terbentuknya butir salju tergantung pada kelembaban dan suhu, dan dua faktor ini bisa sangat bervariasi di atmosfer. Jadi, seiring jatuhnya butir salju, pola kelembaban dan suhu yang dilalui tiap butir berbeda-beda sehingga masing-masing unik bentuknya."
Namun menurut riset, untuk kasus kristal es yang lebih kecil, yang belum berkembang penuh ketika membumi, teori keunikan ini tak akurat.
Koop juga menunjukkan, satu lagi kesalahan ilustrasi yang umum pada media adalah ilustrasi air hujan. Mustinya tetesan air hujan tidak berekor lancip lalu membundar di bawah, tapi semestinya cenderung bulat dan juga sisi bawahnya cenderung rata karena terdorong udara seiring tetesan itu jatuh.